Minggu, 10 April 2011

Konsep Hubungan Kepemimpinan,Manajemen,dan Administrasi


Bahasan mengenai pemimpin dan kepemimpinan pada umumnya menjelaskan bagaimana untuk menjadi pemimpin yang baik, gaya dan sifat yang sesuai dengan kepemimpinan serta syarat-syarat apa yang perlu dimiliki oleh seorang pemimpin yang baik. Meskipun demikian masih tetap sulit untuk menerapkan seluruhnya, sehingga dalam praktek hanya beberapa pemimpin saja yang dapat melaksanakan kepemimpinannya dengan baik dan dapat membawa para pengikutnya kepada  keadaan yang diinginkan.
Pemimpin dan kepemimpinan dapat didekati dari berbagai sudut (Thoha, 1986:3). Setiap pendekatan akan melahirkan pengertian yang berbeda dengan pendekatan lainnya. Pemimpin dan kepemimpinan dibutuhkan oleh manusia dikarenakan adanya kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh masing-masing manusia. Pemimpin adalah seorang yang memiliki kecakapan tertentu yang dapat mempengaruhi para pengikutnya untuk melakukan kerjasama kearah pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Bernard (dalam Mar’at, 1985 : 9) mengemukakan bahwa pemimpin dipengaruhi oleh kebutuhan-kebutuhan dan harapan-harapan dari para anggota kelompok. Dengan demikian jelas bahwa pemimpin perlu memiliki berbagai kelebihan dibandingkan dengan anggota lainnya. Kelebihan yang dimiliki beraneka ragam di antaranya adalah : kelebihan moral atau akhlak, semangat kerja, kecerdasan, keterampilan dan keuletan.
Dalam menjelaskan mengenai konsepsi pemimpin dan kepemimpinan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan di antaranya adalah:
  1. Kekuasaan, yaitu kewenangan untuk bertindak bagi seorang pemimpin untuk menggerakan para bawahannya agar mau dengan senang hati mengikuti kehendaknya dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
  2. Kewibawaan, yaitu berbagai keunggulan yang dimiliki oleh seorang pemimpin sehingga membedakan dengan yang dipimpinnya dengan keunggulan tersebut membuat orang lain patuh dan bersedia melakukan kegiatan-kegiatan yang dikehendakinya.
  3. Kemampuan, yaitu keseluruhan daya baik berupa keterampilan sosial maupun keterampilan teknis yang melebihi orang lain.
Berbicara lebih jauh mengenai kelebihan yang perlu dimiliki seorang pemipin Stogdill (dalam Wahjosumidjo, 1974:47) menyebutkan bahwa kelebihan-kelebihan tersebut adalah :
  1. Kapasitas; kecerdasan, kemampuan berbicara, kemampuan menganalisis, dan kewaspadaan yang menyeluruh.
  2. Prestasi (achievement); memiliki gelar kesarjanaan, ilmu pengetahuan, berprestasi dalam bidang olah raga/seni dan lain-lain.
  3. Tanggung jawab ; berinisiatif, mandiri, percaya diri dan bermotivasi untuk maju.
  4. Partisipasi; bersosiabilitas yang tinggi, mampu berkomunikasi/bergaul, suka bekerjasama dan mudah menyesuaikan diri serta humoris.
  5. Status; meliputi kedudukan sosial ekonomi yang baik dan dikenal masyarakat luas.
  6. Situasi; meliputi mental, status, keterampilan, kebutuhan, interest, objektif dan sebagainya.
Manajemen bisa diartikan ‘mencapai tujuan melalui tangan orang lain‘. Dari batasan tersebut diperoleh Tiga Pokok Manajemen, yaitu ‘mencapai’ yang dipahami sebagai sebuah proses, kemudian ‘tujuan’ yang jelas merupakan cita-cita dari suatu tim manajemen, dan ‘orang lain’ yang merupakan bagian terpenting dari keseluruhan konsep manajemen.
Dalam beberapa konsep manajemen yang dikenal luas sekarang, ketiga hal itu tidak mendapat porsi perhatian secara berimbang dan terpadu. Sehingga wajar saja apabila sesuatu yang dalam tataran konsep manajemennya saja tidak mendapat perhatian, maka tidak akan pernah terwujud pula dalam praktiknya.
Sebagian konsep manajemen hanya fokus pada tujuan, MBO (Management By Objective). Dan sebagian yang lain hanya fokus kepada cara mengatur dan mengarahkan (proses), MBD (Management By Drive). Itulah dua contoh wacana manajemen yang sudah sangat populer. Sejalan dengan perkembangan jaman konsep manajemenpun terus berkembang menyempurnakan diri dari hari ke hari. Oleh sebab itu konsep diatas tidak dapat disebut sebagai konsep sempurna dalam manajemen. Bagaimana memadukan Tiga Pokok Manajemen dalam praktek manajemen sebenarnya?. Setiap manusia adalah pemimpin.
Saat seorang pekerja masuk pada hari pertama dan bertemu dengan Sang Manajer (yaitu anda) untuk mendapat pengarahan berkenaan dengan tugas dan tanggungjawabnya selaku pekerja yang langsung berada dibawah supervisi anda, akan menentukan atmosfir hubungan kerja selanjutnya. Diawali dari kesadaran Anda sebagai Sang Manajer, bahwa karyawan baru dihadapan anda itu ‘seorang pemimpin, orang yang berpotensi dalam kepemimpinan’ maka anda harus mempercayainya sebagai orang yang memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan. Orang yang merasa nyaman terhadap dirinya sendiri akan memberikan hasil yang baik.
Kepemimpinan bukanlah manajemen. Manajemen adalah fokus garis dasar : Bagaimana daya dapat paling baik mencapai hal tertentu? Kepemimpinan berurusan dengan garis puncak: Apa saja yang ingin saya capai? Dalam kata-kata Peter Drucker dan Warren Bennis: “Manajemen adalah mengerjakan segalanya dengan benar; kepemimpinan adalah mengerjakan hal-hal yang benar”. Manajemen adalah efisiensi menaiki tangga keberhasilan; kepemimpinan menentukan apakah tangganya bersandar pada dinding yang benar. Sekelompok produsen menerobos jalan hutan, menebasnya hingga bersih dengan parang. Mereka adalah produsen, pemecah masalah.
 Para Manajer dibelakang mereka, mengasah parang mereka, menulis kebijakan dan manual prosedur dan program kompensasi untuk para pemakai parang. Pemimpinnya adalah orang yang menaiki pohon tertinggi, menyurvai seluruh situasinya, dan berseru, “hutan yang keliru”. Keefektifan tidak bergantung semata pada berapa banyak usaha yang telah kita kerahkan, tetapi pada apakah usaha yang kita kerahkan itu berada di dalam tempat yang benar atau tidak. Dan metamorfosis yang terjadi didalam kebanyakan industri menuntut kepemimpinan lebih dulu kemudian baru manajemen.
Manajemen yang efisien tanpa kepemimpinan yang efektif adalah ‘seperti meluruskan kursi-kursi geladak diatas Titanic’. Tidak ada keberhasilan manajemen yang dapat mengimbangi kegagalan dalam kepemimpinan. Akan tetapi, kepemimpinan sulit dijalankan karena kita sering terperangkap di dalam paradigma manajemen.
Hubungan administrasi dan manajemen adalah dalam penerapan administrasi dan manajemen tidak dapat dipisahkan,hanya kegiatannya yang dapat dibedakan. Administrasi bersifat konsep menentukan tujuan dan kebijaksanaan umum secara menyeluruh sedangkan manajemen sebagai subkonsep yang bertugas melaksanakan semua kegiatan untuk mencapai tujuan dan kebijaksanaan yang sudah tertentu pada tingkat administrasi.

            Administrasi lebih luas dari pada manjemen karena manjemen sebagai salah satu unsur dan merupakan inti dari administrasi sebagai pelaksana yang bersifat operasional melainkan mengatur tindakan –tindakan pelaksanaan oleh sekelompok orang yang disebut “bawahan” jadi dengan manjemen administrasi akan mencapai tujuannya.

            Kepemimpinan bukanlah manajemen. Manajemen adalah fokus garis dasar : Bagaimana daya dapat paling baik mencapai hal tertentu? Kepemimpinan berurusan dengan garis puncak: Apa saja yang ingin saya capai? Dalam kata-kata Peter Drucker dan Warren Bennis: “Manajemen adalah mengerjakan segalanya dengan benar; kepemimpinan adalah mengerjakan hal-hal yang benar”. Manajemen adalah efisiensi menaiki tangga keberhasilan; kepemimpinan menentukan apakah tangganya bersandar pada dinding yang benar.

            Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Cara alamiah mempelajari kepemimpinan adalah "melakukanya dalam kerja" dengan praktik seperti pemagangan pada seorang senima ahli, pengrajin, atau praktisi. Dalam hubungan ini sang ahli diharapkan sebagai bagian dari peranya memberikan pengajaran/instruksi.
Perbedaan Manajer dengan Pemimpin
Pertama, dalam hal perencanaan


Manajer akan merencanakan sesuatu berdasarkan hal-hal yang sifatnya prosedural, teknis, terarah, tegas, dan tidak bertele-tele.

Namun jika pemimpin tidak merencanakan sesuatu karena pemimpin tidak merancang rencana prosedural, pemimpin lebih memiliki visi atau pandangan dalam perencanaannya.
Kedua, dalam hal pengaruh

Manajer memiliki pengaruh hanya dalam batasan formal, yang artinya dia akan memiliki pengaruh ketika dia secara formal diberikan jabatan seorang manajer.

Kalau pemimpin memiliki pengaruh luas, kharismatik, dan energik dalam berpikir, bahkan ketika pemimpin itu sudah tidak jadi pemimpin lagi, pendapat-pendapatnya akan tetap di pertimbangkan dan diutamakan.
Ketiga, dalam mengatur sumber daya manusia di organisasinya

Manajer akan memilih untuk memberikan perintah ini dan itu ketimbang menunggu anak buahnya melakukan sesuatu untuknya, misalnya manajer akan cenderung selalu memberikan tugas ini itu dan sebagainya, tugas itu biasanya terkesan menuntut.

Jika pemimpin justru akan memberikan kekuatan wewenangnya untuk memberdayakan (empowering) anak buahnya, biasanya pemimpin akan menjelaskan keinginan yang berkaitan dengan organisasi dengan anak buahnya, tanpa menjelaskan bagaimana, apa, dan siapa yang harus merealisasikannya, namun justru anak buahnya akan dengan senang hati merealisasikannya untuknya.
Keempat, dalam mengontrol organisasi dan anak buahnya

Sang manajer akan cenderung malas untuk memberikan perhatian moral dalam mengontrol anak buahnya, namun justru lebih sering memberikan control yang sifatnya prosedural, seperti memberikan sanksi untuk memotivasi anak buahnya yang sudah menunjukkan gejala penurunan performa.

Hal ini berbeda dengan sang pemimpin, karena pemimpin(leader) justru akan memberikan kepedulian kepada anak buahnya jika performa anak buahnya menurun.
Kelima, dalam hal tujuan yang ingin dicapai

Manajer memiliki tujuan yang jelas dan memiliki target kuantitatif, yaitu mendapatkan hasil yang sudah digariskan perusahaan atau organisasi miliknya.

Namun pemimpin akan lebih suka memperbaiki sistem di organisasinya yang ia rasakan kurang atau belum sempurna.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar