Minggu, 10 April 2011

Kepemimpinan

Kepemimpinan Hasta Brata
Ada buku yang bagus sekali dan baru aku baca sepintas. Bukunya berjudul “Susanto On Leadership” karangan DR.A.B. Susanto. Buku ini mungkin hampir sama dengan buku-buku kepemimpinan lainnya. Namun ada sesuatu yang membuatnya lain. Ide-ide kepemimpinan yang dibawakannya ringan dan sangat enak untuk dibaca. Padahal didalam tulisan singkatnya itu terkandung makna yang sangat dalam tentang filosofi kepemimpinan, visi dan strategi, etika kepemimpinan, dan operasional dan taktikal dalam pandangan sipenulis, yang menambah wawasan kepemimpinan baru untukku.
Salah satu bahasan menarik didalam buku ini adalah tentang Falsafah Hasta Brata, falsafah jawa tentang kepemimpinan. Anda mungkin barangkali pernah mendengarkannya. Kepemimpinan adalah faktor utama yang sangat diperlukan untuk keluar dari segala bentuk kesulitan. Semua sumber daya tidak dapat dimanfaatkan secara optimal tanpa kepemimpinan yang efektif dan efisien. Ditengah kegalauan masyarakat mencari figur kepemimpinan, ada baiknya kita kembali belajar dari alam untuk bercermin dan memahaminya lebih baik. Bukankah Allah telah banyak memberikan pelajaran tersirat didalam alam ini? Maka tak ada salahnya kita belajar falsafah ini.
Seperti Raden Wibisana yang menerima wejangan dari Sri Rama tentang delapan ciri kepemimpinan alam yang mumpuni, yaitu Hasta Brata. Hasta berarti delapan, sedangkan Brata berarti langkah. Jadi Hasta Brata adalah delapan Langkah, watak atau sifat utama yang harus dipegang teguh dan dilaksanakan oleh seorang pemimpin.
1. Matahari.
Pemimpin harus seperti matahari, terang benderangnya akan memancarkan sinar, memberi petunjuk, memberikan arah tanpa pernah berhenti, segalanya diterangi, diberi sinarnya tanpa pilih kasih. Pemimpin harus dapat memberikan pencerahan dan bertindak seperti jalannya matahari,yang tidak pernah tergesa-gesa, namun pasti dalam membagi sinarnya kepada setiap mahluk tanpa pandang bulu.
2. Bulan.
Bulan bersinar kala gelap ketika malam tiba. Bulan memberikan suasana tenteram dan teduh. Oleh karenanya pemimpin hendaknya rendah hati, berbudi luhur, serta dapat menebarkan suasana tenteram.
3. Bintang.
Letak bintang memang tinggi diangkasa pada malam hari, menjadi kiblat dan sumber ilmu Falak. Pemimpin harus dapat menjadi kiblat budaya dan tingkah laku. Mengapa seorang pemimpin harus mempunyai konsep berpikir yang jelas? Pemimpin harus bercita-cita tinggi untuk mencapai kemajuan, teguh dan tidak mudah terombang-ambing, serta bertanggung jawab, dan dapat dipercaya karena akan digunakan oleh para pengikutnya.
4. Awan.
Awan seakan menakutkan tetapi dengan cepat mampu berubah menjadi hujan yang memberi berkah dan sumber penghidupan bagi semua mahluk hidup. Nah, seorang pemimpin memang harus berwibawa, kadang-kadang juga boleh tampil disegani bagi siapa saja yang berbuat salah atau bahkan menakutkan bagi mereka yang melanggar peraturan. Namun harus selalu berusaha untuk memberikan dan meningkatkan kesejahteraan dari pengikut yang dipimpinnya.
5. Bumi
Bumi itu sentosa, suci, pemurah, dan memberikan segala kebutuhan yang diperlukan oleh setiap mahluk hidup. Bagaimana tidak? Bumi menjadi tumpuan dan tumbuhnya benih dari seluruh mahluk hidup. Sebagaimana bumi, pemimpin seharusnya bersifat pemurah, stabil, dapat diandalkan, dan selalu berusaha memperjuangkan kehidupan yang lebih baik bagi mereka yang dipimpinnya.
6. Lautan.
Lautan yang luas yang tidak pernah menolak apapun yang datang memasukinya, menerima dan menjadi wadah apa saja. Sebagaimana lautan, pemimpin hendaknya mempunyai hati yang luas, penyabarm idak mudah tersinggung bila dikritik, tidak terlena oleh sanjungan dan mampu menampung segala bentuk aspirasi yang ada.
7. Api.
Api yang panas membara, mampu berkobar dan membakar apa saja tanpa pandang bulu, tetapi api juga dibutuhkan, diperlukan di dalam kehidupan. Seorang pemimpin juga harus pandai didalam mengobarkan semangat orang-orang yang dipimpinnya, harus pandai membakar keyakinan dan kemauan gerak para pengikutnya. Namun api ini juga harus selalu berpijak kepada kebenaran dan keadilan. Api ini juga akan membakar, menyingkirkan siapapun yang bersalah tanpa pilih kasih dan pandang bulu.
8. Angin.
Angin meski tidak tampak tetapi dapat dirasakan berhembus tanpa henti, merata keseluruh penjuru. Keberadaan pemimpin harus dapat dirasakan di hati yang dipimpinnya, dan selalu berupaya untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Berupaya mengamati sampai ke pelosok penjuru untuk mencari tahu segala hal yang terjadi berkaitan dengan tugas dan kewajibannya, sehingga dapat menentukan kebijakan tanpa keraguan. Pemimpin bagaikan angin harus dapat memberikan kesejukan, hembusan di hati yang dipimpinnya.



Kepemimpinan Pancasila
Menurut BP-7 Pusat
Berikut disampaikan suatu pemikiran mengenai kepemimpinan yang selanjutnya diterapkan di Indonesia:
Seorang pemimpin di Indonesia hendaknya memiliki sikap dan perilaku sesuai dengan nilai-nilai luhur pancasila
Seorang pemimpin di Indonesia adalah seorang yang mampu menanggapi kemajuan IPTEK dan kemajuan zaman
Seorang pemimpin hendaknya berwibawa, yakni timbulnya kepatuhan yang dipimpinnya, bukan karena katakutan, tetapi karena kesadaran dan kerelaan
Seorang pemimpin bertanggung jawab atas segala tindakan dan perbuatan yang dipimpinnya. Dengan demikian, pemimpin benar-benar bersifat “ing ngarsa sung tulada, Ing madya mangun karsa, Tut wuri handayani”.
Menurut Kartini Kartono
Kartini Kartono menjelaskan ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh kepemimpinan, yaitu:
Kepemimpinan di Era pembangunan Nasioanal harus bersumber pada falsafah negara, yakni pancasila
Memahami benar makna dari perencanaan, pelaksanaan, dan tujuan pembangunan yang ingin dicapai
Diharapkan agar Kepemimpinan Pancasila mampu menggali intisari dari nilai-nilai tradisional yang luhur, untuk kemudian dipadukan dengan nilai-nilai positif dari modernisasi.


Manurut Ary Murty
Menurut Ary Murty, Kepemimpinan Pancasila adalah kepamimpinan yang berasas, berjiwa, dan beramal pancasila. Sebagai keterpaduan antara penguasaan nilai-nilai luhur yang berakar pada budaya Nusantara dengan penguasaan nilai-nilai kemajuan universal.
Adapun nilai-nilai budaya Nusantara meliputi keterjalinan hidup manusia dengan tuhannya, keserasian hidup antara sesama manusia serta lingkungan alam, kerukunan dan mempertemukan cita-cita hidup di dunia dan akhirat.
Nilai-nilai kemajuan universal meliputi pendayagunaan Sains dan Teknologi secara efektif dan efisien dalam rangka meningkatkan kemampuan dan ketangguhan bangsa disegala aspek kehidupan.
Menurut Wahjosumidjo
Menurut Wahjosumidjo, Kepemimpinan Pancasila adalah bentuk kepemimpinan modern yang selalu menyumberkan diri pada nilai-nilai dan norma-norma pancasila.
Kepemimpinan Pancasila, satu potensi atau kekuatan yang mampu memberdayakan segala daya sumber masyarakat dan lingkungan yang dijiwai oleh sila-sila Pancasila mencapai untuk tujuan nasional.
Kepemimpinan Pancasila adalah suatu perpaduan dari kepemimpinan yang bersifat universal dengan kepemimpinan indonesia, sehingga dalam kapemimpinan pancasila menonjolkan dua unsur, yaitu “Rasionalitas” dan “semangat kekeluargaan”.
Jadi, ada tiga sumber pokok Kepemimpinan Pancasila, yaitu:
Pancasila, UUD 1945, dan GBHN
Nilai-nilai kepemimpinan universal
Nilai-nilai spiritual nenek moyang.


Kepemimpinan Ki Hadjar Dewantara

Ajaran kepemimpinan Ki Hadjar Dewantoro yang sangat poluler di kalangan masyarakat adalah Ing Ngarso Sun Tulodo, Ing Madyo Mbangun Karso, Tut Wuri Handayani. Yang pada intinya bahwa seorang pemimpin harus memiliki ketiga sifat tersebut agar dapat menjadi panutan bagi bawahan atau anak buahnya.
Ing Ngarso Sun Tulodo artinya Ing ngarso itu didepan / dimuka, Sun berasal dari kata Ingsun yang aratinya saya, Tulodo berarti tauladan. Jadi makna Ing Ngarso Sun Tulodo adalah menjadi seorang pemimpin harus mampu memberikan suri tauladan bagi bawahan atau anak buahnya. Sehingga yang harus dipegang teguh oleh seorang pemimpin adalah kata suri tauladan. Sebagai seorang pemimpin atau komandan harus memiliki sikap dan perilaku yang baik dalam segala langkah dan tindakannya agar dapat menjadi panutan bagi anak buah atau bawahannya. Banyak pimpinan saat ini yang sikap dan perilakunya kurang mencerminkan sebagai figur seorang pemimpin, sehingga tidak dapat digunakan sebagai panutan bagi anak buahnya.
Sama halnya dengan Ing Madyo Mbangun Karso, Ing Madyo artinya di tengah-tengah, Mbangun berarti membangkitan atau menggugah dan Karso diartikan sebagai bentuk kemauan atau niat. Jadi makna dari kata itu adalah seorang peminpin ditengah kesibukannya harus juga mampu membangkitkan atau menggugah semangat kerja anggota bawahanya. Karena itu seorang pemimpin juga harus mampu memberikan inovasi-inovasi dilingkungan tugasnya dengan menciptakan suasana kerja yang lebih kodusif untuk keamanan dan kenyamanan kerja.
Demikian pula dengan kata Tut Wuri Handayani, Tut Wuri artinya mengikuti dari belakang dan handayani berati memberikan dorongan moral atau dorongan semangat. Sehingga artinya Tut Wuri Handayani ialah seorang komandan atau pimpinan harus memberikan dorongan moral dan semangat kerja dari belakang. Dorongan moral ini sangat dibutuhkan oleh bawahan, karena paling tidak hal ini dapat menumbuhkan motivasi dan semangat kerja.
Untuk mengenang jasa beliau, maka PERINGATAN Hari Pendidikan Nasional 2 Mei tidak bisa dipisahkan dari sosok Ki Hadjar Dewantara, tokoh yang berjasa memajukan pendidikan di Indonesia. Semoga kita sebagai generasi muda bisa melanjutkan cita-cita beliau, dan dapat mengamalkan ajaran yang telah diberikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar