Minggu, 10 April 2011

Kepemimpinan Ilmiah

Pendahuluan
Setiap organisasi baik itu berupa perusahaan yang mencari keuntungan finansial (PT, CV, koperasi), Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) seperti yayasan, gerakan-gerakan moral (KONTRAS, GEMPUR, dll.) maupun organisasi kemasyarakatan selalu mempunyai visi, misi, dan tujuan.
o Visi adalah cita-cita.
o Misi adalah bidang garap dan cita-cita.
o Tujuan adalah kongkritisasi atau target terukur pencapaian visi dan misi organisasi di dalam suatu kurun waktu tertentu.
Dalam rangka mencapai cita-cita tersebut, seluruh perangkat organisasi yang dimotori oleh pimpinannya membuat *strategi* dan *taktik* serta *analisa lapangan* yang dilanjutkan dengan perencanaan tugas lapangan, working plan meliputi langkah-langkah kerja, jadwal serta penanggung jawab, di dalam organisasi sering disebut sebagai Plan, Do, Check, Action (PDCA) atau Plenning, Organizing, Actuiting, Controling (POAC), dengan pengertian yang sederahana adalah : ada perencanaan, ada organisasinya, dikerjakan, dievaluasi/dikontrol.
Organisasi yang efektif dan efisien dalam mencapai tujuannya harus dikelola secara profesional. Pengelolaan organisasi yang profesional akan membentuk budaya organisasi yang profesionai pula, sebaliknya organisasi yang seadanya dan sekedar amatiran, tanpa pemikiran yang mendalam, sistematis, serta strategis yang tepat akan menghasilkan budaya organisasi yang seadanya dan efektifitas dari pencapaian tujuan organisasi yang kurang baik. Hal ini dapat dilihat dari (1) sudut pencapaian tujuan yang dapat menyimpang dan tidak sesuai dengan visi, misi, dan tujuan, serta (2) target waktu yang lamban dan cepat atau lambat akan ketinggalan malahan bisa menimbulkan kebobrokan dan kebangkrutan.
Berdasarkan informasi, baik melalui media cetak maupun elektronik, banyak perusahaan-perusahaan dan lembaga-lembaga besar di dunia yang berhasil ,lebih dari 70% ditentukan oleh profesionalisme, integritas dan kapabilitas pimpinannya.
Menurut James A.F. Stoner Hall, kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi, menggerakkan, melaksanakan pekerjaan dalam rangka mencapai tujuan untuk suatu kurun waktu tertentu.
Pada setiap jenis organisasi dan tingkatan, bentuk dan perilaku kepemimpinan berbeda-beda di dalam melaksanakan fungsinya. Seperti dalam organisasi suatu Perusahaan, Lembaga Pendidikan Tinggi, TNI, dan LSM, pendekatan yang dilakukan pemimpin terhadap bawahannya berbeda jauh, demikian pula budaya organisasinya.
Demikian pula cara memimpin seorang anak buah akan berbeda pada tingkatan seorang supervisor kepada clerk (pekerjanya) dibandingkan dengan Dirut terhadap anggota direksinya.
Di dalam buku Management of Organizational Behaviour karya Paul Hersey pada bab situational leadership, pendekatan kepemimpinan dibagi dalam empat bentuk yaitu:
1. Direction / instruction / telling approach (pengarahan).
Bagi karyawan pekerja (clerk) pendekatan perintah yang jelas dan tegas adalah pendekatan yang paling tepat, demikian pula dalam menghadapi keadaan darurat (kebakaran, kecelakaan, dll).
2. Promotion/selling approach (promosi).
Untuk memotivasi bawahan pada tingkat manajerial maka menyampaikan gagasan atau turut dalam pengambilan keputusanlpelaksanaan pekerjaan menjadi cara yang lebih tepat karena pada tingkat manajer, akal pikiran, kemampuan serta inisiatif mereka sangat dibutuhkan dan hasil akhir dan dua atau lebih pemikir diharapkan memberi output lebih baik dibandingkan satu kepala saja.
3. Participating approach (peran serta).
Participating approach sering dicontohkan sebagai hubungan antara dosen dengan mahasiswa yang sedang menyiapkan tesis akhirnya.
4. Delegating/delegation of authority approach (pendelegasian).
Adapun pada tingkatan manajemen puncak, pendekatan pemimpin kepada bawahannya lebih menggunakan cara pendelegasian wewenang dan tanggung jawab dengan terus melakukan monitoring melalui rapat evaluasi rutin. Hal mi juga berlaku bagi organisasi yang produk akhirnya dihasilkan oleh pemikiran-pernikiran intelektual seperti universitas/lembaga pendidikan dan konsultan yang mempekerjakan peneliti ahli dan dosen-dosen yang bertanggung jawab pada pimpinan universitas / pimpinan lembaga pengkajiannya.

Seorang pimpinan dalam organisasi apapun memiliki ciri-ciri yang menonjol,di antaranya :
a. Coercive power(kekuatan untuk memaksa), contoh : orang berotot dan kuat, bersenjata yang memaksakan kehendaknya kepada orang lain dan diikuti kemauannya.
b. Reward power(kekuatan untuk memberi imbalan/penghargaan atas hasil kerja seseorang), contoh : seorang General Manager terhadap bawahannya di sebuah perusahaan.
c. Legitimate power(kekuatan yang ditimbulkan oleh pengetahuan, keahlian dan kemampuan tertentu yang dimiliki seseorang), contoh : Profesor, Doktor, Dokter, Pengacara, Ulama, dan lain-lain.
d. Charismatic power(kekuatan yang ditimbulkan oleh kharisma yang dimiliki seseorang) contoh : Bung Karno, Fidel Cantro, terhadap bangsa dan rakyatnya, Kyai terhadap santrinya.
Oleh sebab itu seorang pemimpin yang baik. dalam rangka membentuk budaya organisasi yang diinginkan seyogyanya menyesuaikan diri, beradaptasi dengan golongan yang sesuai dengan citra organisasi dan diri yang bersangkutan.Jangan sampai sebuah organisasi kemasyarakatan, pendidikan, keagamaan dan lain-lain yang diharapkan dapat meningkatkan mutu lembaganya, mensejahterakan dan menentramkan hidup dan kehidupan setiap individu,bawahan dan stafnya, justru menampilkan sosok pemimpin yang menonjol di
bidang coercive power-nya, yang justru menakutkan.

Rumusan Masalah
• Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan Pemimpin?
Pembahasan
Faktor penentu keberhasilan pemimpin, ditentukan oleh beberapa faktor, di antaranya :
1) Modal Dasar
Modal dasar kepemimpinan adalah sifat dasar seorang calon pemimpin yang terbentuk sejak yang bersangkutan dilahirkan ke dunia. Dengan modal dasar tersebut seseorang sudah bisa mengembangkan diri menjadi pemimpin. Modal dasar penentu sehingga seseorang akan menjadi pimpinan yang efektif, efisien dan produktif di dalam mengelola suatu organisasi maupun kelompok kemasyarakatan, di antaranya adalah sebagai berikut :
 Keberanian yang tinggi namun penuh pengertian dan perhitungan.
 Motivasi, inisiatif dan kreativitas yang tinggi di atas rata-rata kebanyakan orang.
 Mau berkorban, mau dekat dengan masyarakat pada umumnya serta orang yang akan dipimpinnya.
 Pantang mundur dalam menghadapi permasalahan dan dapat dipercaya.
(Gede Prama:1997:4-9)Di ibaratkan air,maka air mempunyai sifat-sifat seperti
a. Air Mengalir dengan penuh kelenturan
b. Air di sini adalah laut dan sungai
c. Ketenangan kolam
d. Ketika air mengalir selalu mencari bagian yang paling dasar
e. Bergerak naik secara merata
Maksudnya air mengajarkan kita untuk keluar dari dikotomi menang kalah.Air,sebagaimana ulasan di atas,memiliki tiga ciri pada saat yang sama,tidak mengalah,tidak mengalahkan,dan berhasil sampai tujuan.
2) Modal penentu.
Modal penentu adalah kemampuan yang dikembangkan/dibentuk pada seorang calon pemimpin pada masa hidupnya sehingga menjadi seorang pemimpin yang efektif. Unsur-unsur modal penentu seorang pemimpin organisasi atau lembaga harus mempunyai cita-cita (visi), misi dan tujuan didalam memimpin organisasi yang dibawahinya. Karena selalu berhadapan dengan manusia lain, maka yang bersangkutan harus bersifat terbuka dan mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan di sekitarnya baik bawahannya, rekan rekannya, atasannya, bahkan pihak-pihak terkait (stake holder) yang dapat mempengaruhi efektivitas pencapaian tujuan organisasi yang dipimpinnya.
(Sistem Kepemimpinan dalam masyarakat Pedesaan Daerah NTB:1986:43)Syarat-syarat dan faktor-faktor pendukung kepemimpinan(kepengurusan)organisasi kesenian,antara lain:
 Ketua,orang yang terpandang dalam bidang kesenian dan jujur
 Sekaha dan pembantu-pembantunya harus jujur,rajin,dan memiliki pengetahuan dalam bidang kesenian
Di samping itu,harus menguasai cabang-cabang kesenianyang dipimpinnya.
(HAW.Widjaja:2004:30-31)Secara individu seorang pemimpin haruslah memiliki kelebihan-kelebihan antara lain sebagai berikut.
a. Kelebihan dalam penggunaan pikiran dan rasio,dalam arti kelebihan dalam memiliki pengetahuan tentang hakikat tujuan dan lembaga(desa)yang dipimpinnya.
b. Kelebihan dalam rohaniah,dalam arti memiliki sifat-sifat keluhuran budi,integritas moral sehingga menjadi teladan bagi masyarakat yang dipimpinnya.
c. Kelebihan secara fisik,dalam arti dapat memberikan contoh konkret dalam memotivasi kerja yang berprestasi bagi yang dipimpinnya.
3) Organisasi
Organisasi adalah kumpulan orang yang secara formal memiliki tujuan yang sama untuk dicapai di mana jika masing-masing individu berdiri secara sendiri-sendiri tidak mungkin mencapainya. Itulah sebabnya di dalam organisasi terdapat proses manajemen komunikasi dan kepemimpinan agar secara bersama-sama setiap individu yang berhimpun dapat membentuk sinergi dalam mencapai tujuan organisasi tersebut. Organisasi sebagai sistim kerja menurut Henry Mintzberg dapat dilihat dari berbagai cara, yaitu :
o Sebagai otoritas formal yang digambarkan o!eh struktur organisasi.
o Sebagai alur kerja yang diatur.
o Sebagai komunikasi informal.
o Sebagai konstelasi (partner) kerja.
Sebagai proses pengambilan keputusan secara uci hoc (tim khusus). Semua ini harus memiliki SOP (Siunclard Operating Procedure) yang dapat menjadi dasar kebenaran pelaksanaan suatu kegiatan di setiap bagian dan unsur organisasi sehingga reward and penalty policy (kebijakan imbalan dan hukuman) organisasi dapat berjalan dengan baik, transparan serta adil.
(Amin Ibrahim:2006:166)Kepemimpinan yang dibutuhkan sekarang dan kedepan sudah seharusnya berupaya:
a. Selalu berupaya mengembangkan mutu,karakter,pola,pikir,prinsip,dan keberanian.
b. Membuang hirarki,melibatkan otak dan tangan,membangun struktur baru sesuai tuntutan keadaan.
c. Mengembangkan kepemimpinan yang terpencar dan beragam,tetapi dalam menyukseskan misi yang sama.
d. Mempertahankan visi masa depan.
e. Sangat peduli lingkungan
f. Kekuatan kepemimpinan yang tidak terwujud dinyatakan dalam karakter,kekuatan yang mengandung energi dan semangat untuk menatap masa depan.(Hesselbein dalam Hesselbein.Goldsmith & Beckhard,2000:119)
4) Strategi.
Sebuah organisasi atau lembaga yang telah memiliki visi, misi dan tujuan akan dihadapkan pada bagaimana cara untuk mencapai pada visi, misi, dan tujuan tersebut, dan ini yang dimaksud dengan strategi.
Strategi suatu lembaga atau organisasi dapat dideskripsikan secara komprehenship ke dalam Rencana Induk Pengembangan (RIP) sepuluh tahunan ke depan, Rencana Strategis (Renstra), yang menjabarkan program kerja minimal untuk selama satu periode kepemimpinan, dan Rencana Operasional (Renop), adalah pelaksanaan prioritas yang dilakukan/dikerjakan dalam satu tahun berjalan.
(Peter & Marshall:1987:85-108)Wewenang Birokratis antara lain
a) Kemurahan hati dan wewenang strategis
b) Kekuatan suatu strategis
c) Wewenangan kedinasan dan wewenang keahlian
d) Keahlian sebagai sumber kekuasaan
e) Catatan mengenai kolegalitas
Di dalam pelaksanaannya, seluruh target dari aspek-aspek yang tercantum di dalam RIP, Renstra, dan Renop harus terukur sehingga tingkat keberhasilan dan kegagalan usaha dapat ditelusuri, dikendalikan serta ditindaklanjuti dan selanjutnya pencapaian tujuan menjadi terealisir.
Setiap kegiatan yang dilakukan oleh bagian-bagian di dalam organisasi harus terukur sehingga dapat memberikan nilai tambah bagi keberhasilan untuk mencapai visi, misi, dan tujuan lembaga dan atau organisasi tersebut.
Organisasi yang berskala lokal akan mempunyai dampak lebih kecil dibandingkan dengan yang berskala regional bahkan internasional.
Demikian pula kualifikasi kebutuhan pimpinan organisasi yang kecil dengan yang besar tentu berbeda pula. Namun demikian di dalam setiap jenis organisasi dengan berbagai tingkat/skala aktivitas, membutuhkan pemimpin yang efektif.
Faktor-faktor yang diperlukan dalam pengembangan diri seorang pemimpin meliputi hala-hal sebagai berikut :
a) Memiliki, dan memahami untuk merealisasikan serta mengembangkan visi, misi, dan tujuan organisasi secara simultan.
b) Memiliki inisiatif sendiri, aktif dan tidak selalu menunggu, selalu bertindak sebagai pionir dan pemrakarsa.
c) Memiliki sifat-sifat universal (menyeluruh) yang baik :
 Jujur, amanah, dan tidak khianat
 Berfikir positif
 Efektif dan efisien
 Memiliki untuk mengembangkan kemampuan profesi
 Pendidikan umum yang meluas, (tidak perlu diidentifikan dengan pendidikan tinggi dan pemilikan gelar akademik)
 Kemampuan berkembang secara mental (pemimpin jika tidak bertumbuh secara mental sesungguhnya telah mulai dengan proses stagnasi dalam kehidupan kepemimpinannya)
 Ingin tahu, (selalu ingin mengadakan perubahan melalui innovatip dan kreatipitasnya)
 Kemampuan analistis
 Memiliki daya ingat yang kuat
 Kapabilitas integratip
 Keterampilan berkomuniksi
 Keterampilan mendidik
 Rasionalitas dan obyektivitas
 Pragmatis
 Sense of urgency
 Sense of timing
 Sense of cohesiveness
 Sense of relevance
 Kesederhanaan
 Keberanian
 Kemampuan mendengar
 Adaptabilitas dan fleksibilitas
 Ketegasan
 Mampu menciptakan nilai-nilai kesamaan/kebersamaan di dalam masyarakat :
ke dalam harus memperkuat kerjasama/team work/esprit dcorps ke luar hidup bermasyarakat dan mencari serta mengembangkan sebanyak-banyaknya untuk mendapatkan kepercayaan dan kebersamaan.
a. Tujuan adalah pilihan terbaik bersama-sama, pemimpin tidak bisa bekerja sendiri dan untuk diri sendiri.
b. Kepemimpinan adalah suatu proses, integritas (keahlian dan kemampuan), oleh sebab itu harus belajar terus dan mengisi diri tanpa henti.
Kelima aspek ini sangat penting bagi terbentuknya pemimpin yang efektif yang
tepat di dalam ruang era keterbukaan, globalisasi dan demokratisasi.
Keberhasilan atau kegagalan dari hasil kepemimpinan seseorang dapat diukur atau ditandai oleh empat hal, yaitu : moril, disiplin, jiwa korsa (esprit de corps), dan kecakapan.
1. Moril :
Moril adalah keadaan jiwa dan emosi seseorang yang mempengaruhi kemauan untuk melaksanakan tugas dan akan mempengaruhi hasil pelaksanaan tugas perorangan maupun organisasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi moril adalah :
1). kepemimpinan atasan.
2). kepercayaan dan keyakinan akan kebenaran.
3). penghargaan atas penyelesaian tugas.
4). solidaritas dan kebanggaan organisasi.
5). pendidikan dan latihan.
6). kesejahteraan dan rekreasi.
7). kesempatan untuk mengembangkan bakat.
8). struktur organisasi.
9). pengaruh dari luar.
2. Disiplin :
Disiplin adalah ketaatan tanpa ragu-ragu dan tulus ikhlas terhadap perintah atau petunjuk atasan serta peraturan yang berlaku. Disiplin yang terbaik adalah disiplin yang didasarkan oleh disiplin pribadi. Cara-cara untuk memelihara dan meningkat disiplin :
1). Menetapkan peraturan kedinasan secara jelas dan tegas.
2). Menentukan tingkat dan ukuran kemampuan.
3). Bersikap loyal.
4). Menciptakan kegiatan atas dasar persaingan yang sehat.
5). Menyelenggarakan komunikasi secara terbuka.
6).Menghilangkan hal-hal yang dapat membuat bawahan tersinggung, kecewa dan frustasi.
7). Menganalisa peraturan dan kebijaksanaan yang berlaku agar tetap mutakhir dan menghapus yang sudah tidak sesuai lagi.
8). Melaksanakan reward and punishment.
(Taufik Bahaudin:2007:209)Pemimpin Super itu antara lain
a. Kemauan sebagai profesional
 Menciptakan hasil yang luar biasa,merupakan katalisator perubahan dari baik menjadi hebat.
 Menunjukkan keteguhan hati untuk melakukan hal-hal yang diperlukan untuk mencapai hasil terbaikdalam jangka panjang seberapa pun sulitnya
b. Kepribadian Rendah Hati
 Menunjukkan kerendahan hati,menghindari publikasi,tidak pernah menyombongkan diri.
 Bertindak dengan tegar tanpa gembar-gembor,selalu berangkat secara prinsipil pada standar yang istimewa,bukan pada kharisma yang mempesona,dalam meningkatkan motivasi.
3. Jiwa korsa :
Jiwa korsa adalah loyalitas, kebanggan dan antusiasme yang tertanam pada anggota termasuk pimpinannya terhadap organisasinya. Dalam suatu organisasi yang mempunyai jiwa korsa yang tinggi, rasa ketidakpuasan bawahan dapat dipadamkan oleh semangat organisasi. Ciri jiwa korsa yang baik adalah :
1). Antusiasme dan rasa kebanggan segenap anggota terhadap organisasinya.
2). Reputasi yang baik terhadap organisasi lain.
3). Semangat persaingan secara sehat dan bermutu.
4). Adanya kemauan anggota untuk berpartisipasi dalam setiap kegiatan.
5). Kesediaan anggota untuk saling menolong.
4. Kecakapan :
kecakapan adalah kepandaian melaksanakan tugas dengan hasil yang baik dalam waktu yang singkat dengan menggunakan tenaga dan sarana yang seefisien mungkin serta berlangsung dengan tertib. Pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki pimpinan dapat diperoleh dari pendidikan, pelatihan, inisiatif dan pengembangan pribadi serta pengalaman tugas.
Setiap pemimpin perlu menentukan corak dan gaya kepemimpinannya agar nampak seni kepemimpinannya dalam memimpin. Corak dan gaya kepemimpinan dapat terlihat dari sikap pemimpin, yaitu sebagai : Pemimpin, Guru, Pembina, Bapak dan Teman Seperjuangan.
1. Sebagai Pemimpin. Pemimpin harus mampu memberikan bimbingan/tuntunan yang diperlukan serta senantiasa menjadi contoh dan teladan dalamperkataan, perbuatan, menimbulkan dan memelihara kewibawaan serta mampu melahirkan Pemimpin baru.
2. Sebagai Guru. Pemimpin harus berusaha meningkatkan kemampuan, ketrampilan dan pengetahuan anggotanya baik perorangan maupun dalam hubungan kelompok. Memiliki kesabaran dan ketenangan dalam mendidik dan melatih.
3. Sebagai Pembina. Pemimpin senantiasa berusaha agar organisasi dalam melaksanakan tugasnya selalu berhasil guna dan berdaya guna. Dalam usaha pembinaan selalu diarahkan kepada peningkatan dan pemeliharaan unsur personil, materil dan kemampuan operasionalnya. Selain itu pemimpin harus menguasai makna fungsi pembinaan yang meliputi perencanaan, penyusunan, pengarahan dan pengawasan.
4. Sebagai Bapak. Pemimpin harus berperilaku sederhana, mengenal setiap anggota bawahan, bersikap terbuka dan ramah, mengayomi, bijaksana tetapi tegas, adil, mendorong dan berusaha meningkatkan kesejahteraan anggota bawahan baik materiel maupun spirituil.
5. Sebagai Teman Seperjuangan. Dalam keadaan suka dan duka, pemimpin dan bawahan merasa senasib sepenanggungan dan saling membantu, serta bersedia berkorban demi kepentingan bersama.
Refrensi
• Bahaudin,Tufik-“Brainware Leadership”-Kepemimpinan Adab Otak & Milenium Pikiran,Elex Media Komputindo,Jakarta,2007
• Blau,Peter M & Meyer,Marshall W,1987,Birokrasi dalam Masyarakat Modern,UI Press,Jakarta
• Ibrahim,Amin,2006,Model Ketahanan Nasional Sebagai Model Adminstrasi Negara untuk Memberdayakan Otonomi Daerah,Mndar Maju,Bandung
• Prama,Gede,1997,Refleksi Kepemimpinan Bisnis Praktek Kepemimpinan Berdasarkan Air,Elex Media Komputindo,Jakarta
• Rosyidi,Ayip,1986,Sistem Kepemimpinan dalam Masyarakat Pedesaan daerah Nusa Tenggara Barat,Depdikbud,Mataram
• Wijaya,HAW,2004,Otonomi Desa Merupakan Otonomi Yang Asli,Bulat dan Utuh,Raja Grafindo Persada,Jakarta
• http://www.mail-archive.com/pramuka@yahoogroups.com/msg00063.html
• http://www.elmubarok.co.cc/2009/12/faktor-yang-mempengaruhi-keberhasilan.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar